Selasa, 12 Juli 2011

sejarah islam


PENDAHULUAN
Darmanto
Pemerintah bani umayyyah sering dikesankan oleh sebagian sejarawan sebagai Rejim diktator totaliter yang tidak segan melakukan tindakan politik busuk terhadap lawan-lawan politiknya. Oleh karena itu bani umayyah tidak layak memimpin umat pada zamannya, dengan kata lain bani umayyah tidak memiliki syarat-syarat sebagai pemimpin islam. Syarat-syarat tersebut sebagaimana yang dimiliki oleh nabi Muhammad SAW dan khlifahur rasyidin. Lagi pula kualitas keagamaan mereka kurang memadai, karena tidak sempat bersahabat dengan nabi.
Kenyataan-kenyataan diatas membuat mereka kurang memiliki syarat sebagai pemimmpin yang sesuai dengan konsepsi islam. Kekurangan tersebut lebih disebabkan oleh cara berfikir mereka tradisional, masih didomonasi oleh nilqi-nilai jahiliyah, mereka mementingkan keduniaan dan dalam kehidupan social kemasyarakatan daulah umayyah berani meninggalkan prinsip-prinsip musyawara, karena yang ditonjolkan adalah egoisme yaitu demi kepentingan pribadi. Memang dari segi manjemen pemerintahannya memilki kecakapan, tapi dari segi kepemimpinan isalammereka tidak memnuhi criteria.
Sementara sejarawan lainnya mempunyai nilai tersendiri, daulah bani umayyah dianggap sebagai pemerintahan islam yang memiliki pandangan luas, mampu mengangkat islam keatas singgasana kekuasaan yang popular didunia pada waktu itu.
Banu umayyah dapt menguasai wilayah kerajaan Byzantium. Dari segi islamisasi berarti bisa menadingi keangkuhan agama Kristen. Kemampuan bani umayyah memperluas kekuasaannya ke nerbagai penjuru dunia, merupakan kebanggaan tersendiri bagi umat islam, eengan perluasan itu berarti islam tidak hanya dianut orang arab, tetapi juga orang ajam. Dengan demikian benarlah bahwa islam diturunkan kedunia ini untuk dipeluk oleh semua bangsa, sekaligus rahmat basi alam semesta.
Rasanya sangat menarik apabilah peranan daulah umayyah kaji lebih lanjut, terutama dalam strategi dan kebijakan politiknya, sehingga mampu mempertahankan kekuasaannya hapir seratus tahun. Lebih-lebih lagi bani umayyah sangat berani mengambil tindakan politik  yang sama sekali berbeda dengan politik yang dijalankan oleh khulafaur rasyidin. Dilihat dari segi politik tentunya tidak mudah bagi bani umayyah untuk merubah  system politk sebelumnya yang sudah mapan, adanya kesulitan itu terbukti timbulnya kelompok oposisi yang memberontak pada pemerintahan pusat, meski pada akhirnya bani umayyah sendiri bisa meredamnya, sehingga pemerintahannya itu bisa bertahan cukup lama. Oleh karena itu ia bisa melakukan pembangunan di berbagai bidang sosial kemasyarakatan seperti, eonomi, pertanian, pembangunan kota, kebudayaan, dll. kesemua pembangunan ini akibat adanya stabilitas politik pemerintahan bani umayyah.
Dalam pembahasan ini saya mensistematiskan sebagai berikut:
Bab pertama, latar belakang berdirinya daulah bani umayyah dengan melihat kondisi historis kehidupan mereka pada masa rasulullah dan khulfaur rasyidin. Dilanjutkan dengan strategi politik dalam negeri dan luar negerinya selama 92 tahunberkuasa berkuasa didamakus.
Bab kedua, membahas ekspansi meliter yang dilakukan bani umayyah ke berbagai wilayah dalam upaya penyebaran pengaruh kekuasaanya. Disini akan diperoleh gambaran apa yang melatar belakangi ekspansi secar militerdan bagaimana dampaknya terhadap islam.
Bab ketiga, mengungkapkan berbagai gerakan oposisi yang berusaha merongsong kekuasan bani umayyah dan bagaimana para kelompok oposisi mencari rumusan idiologi islam,
Bab keempat, pembahasan terakhir pda proses jatuhnya daulah bani umayyah yang kemudian diganti dengan naiknya daulah bani abasiyah.
Bab kelima, menyoroti sejauh mana hasil pembnganun ynag dicapai bani umayyah selama kekuasaannya didamaskus, terutama dalam kaitannya dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan, hal ini merupakan sumbangan besar untuk umat islam sesudahnya.








BAB I
DAULAH BANI UMAYYAH DI DAMASKUS
A.    Latar belakang berdirinya daulah bani umayyah
Bermula dari sisitem pemerintahan ustsman bin affan yang nepotism: memberikan jabatan atas dasar kekerabatan, telah menimbukan berang kalangan kelompok muslim yang sakit hati karena dipecat. Akhirnya kebijaksanaan itu telah mengakibatkan terbunuhnya utsman sendiri, yang kemudian terkenal dengan peristiwa Alfitnah Alkubra pertama dalam islam.
Khlifah utsman sebenarnya mempunyai dukunagan kuat dari masyarakat luas, mengingat kepribadiannya yang lemah lembut, berbeda dengan khglifah Umar Bin khattab  sebelunya dikenal keras. Kelembutan dan kesahajaan utsman sudah dikenal masyarakat pada waktu itu. Diriwayatkan, “pada suatu hari utsman membawa sedikit kayu bakar dari kebunnya, padahal ia memiliki beberapa pembantu, ada seseorang yang bertanya kepadanya, “mengapa tidak disuruh saja pembantumu membawa kayu bakar itu,? Utsaman menjawab, “aku bias membawa sendiri”. Utsman juga dikenal kedermawanannya dan tidak sombong, berkata utsman, seandainya aku ttidak kuatir dalam islam terdapat lobang yang dapat kututup dengan harta ini, niscaya aku tidak mengumpulakannya”. Artinya har itu akan dipergunakan untuk mencurahkan rasa persaudaraan dan kasih sayangnya dengan memeberi mereka yang emmebutukannya.
Pada masa pemerintahan umar bin khattab sistem pemerintahan berbentuk system desentralisasi dengan memberi bebrapa hak otonomi kepada pemerintah daerah. Dalam perkembangan selanjutnya system ini tidak terkendali dan sulit dikontrol oleh pemerintah pusat, sehingga ada kecendrungan pemerintah daerah melepaskan diri dari pusat. Untuk mengatasi hal itu utsman melakukan pergantian beberapa orang gubernur yang dianggapnya kurang loyal terhadap pemerintahan pusat dengan kerabat-kerabatnya.
Dengan salah penggunaan wewenang kekuasaan utsman mendapat kritikan-kritikan dari mesir, kufah dan basra, bahkan tidak sekedar mengeritik mereka menuntut pengunduran diri utsman dari jabatan khlifah. Kemudian mengajukan bebrapa calon pengganti utsman, dari mesir yaitu Ali Bin Abi thalib, dari basrah thalhah dan zubair bin awwam dicalon dari kufah., pada calon tersebut menolak tindakan sebagian masyarakat yang melakukan unjuk rasa. Mereka mendesak supaya utsman segera mundur, dengan kewibawaan utsman pemebelaan dari syiria itu tidak berhasil melawan kaum yang pembangkang, akhirnya utsman dibunuh ketika membaca alQuran.
Ali bin Abi Thalib kenudian diangkat menjadi khalifah menggantikan utsman, namun sebagian orang menolak kedatangan Ali, alasanya karna tidak melalui prose demokratis, sementara kaum muslimin menghendaki seharusnya tidak tidak berfikir dulu untuk pengganti khalifah, tapi hendaknya mengurus dulu tentang masalah kematian utsman. Rupanya Ali berpendapat lain, menyelamatkan Negara lebih penting dari ancaman kekosongan pemimpin Negara.
Sementra itu Gubernur Syiria, mu’wiyah bin Abi sufyan (salah satu kerabat utsman) berusaha untuk menuntut atas kematian utsman, kemudian ali mengusut hingga tuntas peristiwa pembunuhan, bahkan secara tidak langsung mu’wiyah menuduh ali ada dibelakang peristiwa itu. Tuntutan mu’wiyah dibarengi dengan ancaman perng terbuka, sehingga penolakan ali terhadap pengusutan peristiwa kematian utsaman telah mendorong mu’wiyah untuk menyerang ali bin abi thalib. Memang ambisi mu’wiyah untuk menjadi khlifah sudah tersirat dia diangkat gubernur oleh khlifah umar bin khattab, waktu itu mu’wiyah mengemukakan ambisinya dihadapan ayahnya abu sofyan, ayahnya menjawab, “hai anakku, sesunggunya orang-orang muhajirin itu telah lebih dahulu masuk islam dari pada kita, karenanya memreka memperoleh kedududkan tinggi. Kita terdesak karena keterlambatan kita, sehingga kita pengikuyt mereka, kini mereka menyerahkan kekuasaan besar kepadamu, patuhilah mereka, karna kamu masih dalam perjalanan menuju suatu titik yang belum kamu capai, kalau kamu telah sampai sungguh kamu akan merasa lega.
Tuntutan mu’awiyah terhadap ali atas kematian utsman itu ternyta dapt sokongan dari sahabat lainya termasuk aisyah istri nabi. Ia bersama Abdullah bin zubair memberontak terhadap ali yang dikenal dengan perang jamal  ( karena aisyah dan pasukannya mengendarai unta). Dalam perang jamal itu aisyiah mengerahkan pasukan 20.000 tentara, tetapi pasukan ali jauh lebih kuat. Akhirnya pertempuran yang terjadi diluar kota basrah pada tahun 56 H itu dimenangkan oleh ali bin abi thalib, yang tentaranya dikenal dengan “khuda baskh”.
Dalam pertempuran ini Zubeir bin Awwam dan Tolhah gugur,sedang Aisyah dibebaskan dan pulang dengan dikawal 40 orang yang terdiri dari para wanita yang menyamar sebagai laki-laki.
Sementara Gubernur Mu’awiyah telah mempersiapkan 70.000 tentara untuk melakukan penyerangan terhadap Khalifah Alin bin Abi Thalib, maka terjadilah perang siffin,yang dikenal dengan Al Fitnah Al Kubra yang ketiga. Dalam pertempuran ini Mu’awiyah hamper menderita kekalahan, namun ia meminta gencangan senjata yang dilanjutkan dengan perundingan (tahkim). Akhirnya setelah terjadi tawar-menawar baik kalangan intern tentara Ali maupun dengan pihak Mu’awiyah dispakati untuk mengadakan perundingan di Daumatul Janda. Dalam perundingan itu Ali bin Abi Thalib mengutus Abu Musa Al Asy’ari sebagai juru bicara,sedangkan dari pihak Mu’awiyah diutus Amru bin Ash. Dengan saksikan oleh ribuuan tentara dari kedua  belah pihak, ditetapkan masing-masing akan menarik kedudukan khalifah, kemudian dilakukan  pemilihan secara musyawarah. Abu Musa Al Asy’ari yang kebetulan lebih dahulu menyatakan pengunduran Ali dari jabatan Khalifah, disambut oleh bin Ash dalam bidatonya dengan menetapkan Mu’awiyah sebagai khalifah, dan mengatakan: “Kalau Ali sudah ditarik dari kedudukannya, maka tinggallah Mu’awiyah seorang yang akan meneruskan jabatan khalifah”.
Siasat ini benar-benar menimbulkan kekecewaan pada pihak Ali bin Abi Thalib dan menimbulkan konflik intern, sebaliknya di pihak  Mu’awiyah telah tumbuh rasa persatuan dan kesatuan yang menambah kokoh kedudukan Mu’awiyah.
Kekecewaan pada pihak ali bin abi thalib dan menimbulkan komflik intern, sebaliknya  dipihak mu’awiyah telah tumbuh rasa persatuan dan kesatuan yang menambah kokoh kedududkan mu’awiyah.
Dengan melihat prundingan di atas, ada beberapa keliruan yang dilakukan oleh ali bin abi thalib. Pertama, secara tidak langsung ali bin abi thalib telah menerima kedudukan mu’awiyah sebagai hlifah tandingan. Disini ali telah kalah dalam taktik dan strategi politik.
Kedua, yang jelas hal ini memebuktikan bahwa kedudukan ali tidak cukup kuat waktu itu sehingga terpaksa harus menerima prundingan. W.A. Wincink, dia berpendapat yang kalah dalam perang siffin adalah psukan ali.
Pada akhirnya ali menjadi korban pembunuhan oleh Abdurrahman bin muljam pada tahun 40 H. Maka jabatan khalifah selajutnyab diserahkan pada hasan bin ali yang didukung oleh pemuka-pemuka dari irak. Namun sebelum sampai 6 bulan hasan memerintah jabatan khalifah disrahkan pada mu’awiyah dengan alas an menghindari perpecahan islam. Kejadian ini di kenal dengan “ ‘amul jama’ah “ (tahun persatuan umay islam). Dengan diberikan kepada mu’awiyah secara resmi di akui oleh segenap jama’ah muslim.
B.  Politik dalam negeri
Daulah umayyah yang berjalan selama lebih kurang 92 tahun, yaitu sejak tahun 40-132 H menganut system kerajaan, yaitu jabatan khalifah diwarisi secara turun menurun. Untuk mrnjalan pemerintahan pada khlalifah bani umayyah melakukan sentralisasi kekuasaan. Tidak berlaku berpuhak-pihak.
Disamping itu untuk memperkokoh kesatuan dan persatuan Negara, msks Negara didasarkan atas kesamaan idologi serta pemerataan ekonomi, dibidang idiologi, daulah umayyah berusaha menyatukan faham (yang kemudian yasng dikenal dengan faham ahlussunnah) yang paling muderat.
Dibidang ekonomi, diusahakan terciptanya sesuatu pemerataan dengan cara pemebuhan hasil pendapatan oleh daerah yang subur kepada daerah yang tidak subur dengan melaluipemerintah pusat.
Ada bebrapa usaha khusus dalam pembanguna social, politik, ekonomi dan budaya yang di upayakan oleh dinasti bani umayyah. Usaha-usaha itu antara laian:
1.      Bidang politik  
a.       Untuk menjaga kemungkinan terjadi pembunuhan terhadap diri khalifah, diangkat tiga orang pemebantu utama yang tugasnya mengendalikan segala gerak gerik kaum saparitis (pemberotak) yang memusuhi khalifah.
b.      Menyingkirkan keluarga ali bin abi thalib dari berbagai posisi kemasyrakatan dengan cara menjelek-jelekan ali dan keturunannya dalam setiap khutbah jum’at serta forum forum lain.
c.       Menempatkan para pejabat yang berwatak keras didaerah yang dianggap rawan pemberontakan.
d.      Dilakukan patrol keamanan dengan pasukan berkuda dan mendirikan pos-pos pejagaan.
e.       Mempekerjakan orang-orang Kristen dalam departemen keuangan syerir.
f.       Mendororng asimilasi antara bangsa arab dengan bangsa lain, keadaan ini telah dirintis oleh sulaiman, kemudian pada zaman khlifah umar bin abdul aziz meneruskan.
2.      Dibidang ekonomi
Sumber keuangan Negara disamping pungut zakat dari yang muslim, dan terhadap penduduk orang non muslimjzya(pajak kepala) dan kharaj (paajak tanah). Selain itu di pungut pula pajak perdagangan dan sebagainya.
3.      Bidang budaya
Menetapakan bahasa arab sebagai bahasa resmi.
4.      Politik luar negeri
Politik luar negeri daulah banu umayyah pada umumnya lebih banyak menekankan pada upaya memperkecil timbulnya serangan-serangan dari luar. Serta berusaha melakuakan berbagai ekspansi militer untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Maka diambila tindakan-tindakan kebijaksanaan antara lain:
a.       Bani umayyah berusaha menjaga dengan ketat tapal batas daerah Syria. Pada situasi yang sangat gawat yaitu pada keadaan politik dalam negeri bani umayyah sedang kacau. Daerah bats yang dikuasainya, maka daulah bani umayyah berusaha menghentikan serangan tersebut dengan cara politik damai.
b.      Berhadapan dengan Byzantium, diadakan perjanjian damai dan persahabatan untuk tidak saling menyerang.
c.       Bagi wilayah-wilayah yang menaytakan perjanjian tunduk melalui jalan damai (shullhum) daulah umayyah memungut upeti.
d.      Terhadap wilayah yang mengaku tunduk dengan jalan damai di tempatkan seorang komisaris. Seperti khlifah hisyam binabdul malik mengangkat sulaiman menjadi komisaris di sind.
e.       Membangun angkatan laut yang tangguh yang berpusat di mesir dan kemudian di Rhodesia dalam upaya membantu untuk mempertahankan diri amupun untuk mmempertahan wilayah.














BAB II
EKSPANSIDAN PERLUASAN WILAYAH ISLAM
A.  Alas an ekspansi
Untuk memahami strategi politik daulah bani umayyah terutama tindakan-tindakan politiknya yang agresif, ekspansi terjadap Negara lain, alasan –alasan tersebut seperti yang dikemukakan oleh M. Masyhur amin antara lain:
a.       Ketika mu’wiyah berhasil tampil memegang kekuasaan terjadi bentrokan-bentrokan dalam negeri terutama dari pendukung ali bin abi thalib yang membentuk partai syi’ah dan aliran-aliran lainnya seperti khawarij, Qodriyah dan jabariyah, sehingga banyak menimbulkan pertikaian dalam negeri. Untuk mengalihkan masalah ters3but khalifah mu’wiyah melakukan serangan terhadap daerah yangbbelum dikuasai dan membangun angkatan perang yang sangat besar.
b.      Daulah bani umayyah terkenal berdarah militer dan sangat gemar melakukan pertulangan kedaerah-daerah yang belum terjamah oleh islam. Sifat-sifat seperti ini sangat mendukung pemerintahannya yang bersikap agresif.
c.       Daulah umayyah memiliki rasa superioritas, yang selalu ingin menguasai daerah mana saja yang mereka kenal. Pada hakekatnya perluasan wilayah islam merupakan realisasi ambisi darim para khalifah bani umayyah untuk menjadi Negara adi kuasa.
d.      Perluasan wilayah yang telah dilakukan oleh khulafaur rasyidin, menibilkan dendam dari Negara yang ditaklukan untuk bangkit kembali merebut wilayahnya, dengan cara mencari kelengahan daulah bani umayyah.
e.       Adanya perintah jihad dalam islam menghilhami daulah bani umayyah untuk menyebarkan syiar islam melalui penaklukan ke daerah-daerah non muslim.
B.  Wilayah-wilayah yang menjadi sasaran penyerangan pada masa daulah bani umayyah
1.      Menaklukan bangsa romawi di asia kecil
Romawi yang dikenal dengan kerajaan Byzantium-nya, merupakan ancaman bagi dualah bani umaiyah sejak masa khalifah mu’awiyah, terutama letaknya dekat ibu kota damaskus. Kerajaan Byzantium dengan ibu kotanya konstantinopel dikenal sangat kuat dan berambisi melakukan penyerangan.khalifah mu’wiyah mengerahkan tidak kurang dari 1.700 kapal laut yang terbuat dari kayu hutan Lebanon, lengkap dengan senjata untuk menaklukan kota konstantinopel (instanbul sekarang). Pertama-tama menaklukan pulau rudes, pulau kereta, pulau Cyprus yang letak dilaut tengah. Kemudian diserbunya pelabuhan romawi yang dipimpin oleh panglima janadah bin abi imayyah. Pada tahun 48 H pasukan umayyah mengepung kota konstantinopel melaui darat dan laut yang dipimpin oleh panglima sufyan bin auf dan didampingi oleh yazid bin mu’wiyah. Dalam pertempuran tersebut ikut pula Abu Ayub Al Anshari, Abdullah bin zubair.Akan tetapi tentara islam itu tidak cukup kuat untuk menebus benteng kota konstantinopel, dan akhirnya mereka kembali ke Syria. Dalam pertempuran ini diantaranya mati syahid abu ayub al anshari dan dikuburkan dibawah benteng kota konstantinopel.
Setelah yazid menjadi khalifah mengagntikan ayahnya (mu’wiayah) tidak sempat melakukan perperangan ke konstantinopel, karena situasi politik dalam negeri tidak stabil. Setelah itu timbul pemberontakan dari sekelompok syiah dan dari kelompok Abdullah bin zubair, kesempatan ini dimanfaatkan oleh bangsa romawi untuk melakukan balas dendam, menyerang wialyah islam bahkan memasuku wilayah Syria. Hal ini sampai pada masa khalifah abdul malik bin marwan (84 H). Abdul malik bangkit merebut kembali daerah yang dikuasai tentara romawi dan berhasil merebut wilayah mashaisyah.
Akan tetapi khlifah abdul malik tidak melanjutkan penyerangannya terhadap kota konstantinopel karena dia terdahulu meninggal. Baru pada masa khlifah sulaiman bin abdul malik yang bertetapan dengan terjadinya krisis di Byzantium, sulaiman mengirim pasukan perangnya dipimpinoleh maslamah bin abdul malik, untuk menaklukan kota konstantinopel, tapi serangan kedua ini mengalami kegagalan.
2.      Menaklukan afrika utara dan andalus
Meskipun mu’wiyah gagal menaklukan konstantinopel, namun ia memerintahkan uqbah bin nafi’ al fihri yang telah menetapkan di barqah dan menguasai wilayah Tripoli sejak pemerintahan utsman bin affan, berhasil menghalau tentara romawi dari afrika utara. Ditaklukannya pula tentara bangsa barbar yang memberontak, juga daerah fazzan dan sudan dikuasainya. Kemudian mu’wiyah membangun kota dipinggiran pantai yang dikenal dengan “kota Qoirawan” pada tahun 50 H.
Namun pada akhir pemerintah mu’awiyah, panglima uqbah bin nafi’ dipecat oleh gubernur maslamah bin machlad al anshari  yangbberkuasa dimesir. Akan tetapi pada masa khlifah yazid, uqbah diangkat lagi se bagai panglima, sedangkan abdul muhajir sebagai stafnya, merke berdua bekerja sama menaklukan daerah-daerah musuh sampai kepantai samudra atlantik. Diriwayatkan, uqbah pernah naik keatas bukit lantas berseru: ya allah, sekiranya tidak dihalangi tidak dihalangi perairan samudra ini niscaya hamba terus maju berjuang di atas jalanmu. Andai hamba tahu dibelakang samudera ini masi terdapat negeri dan manusia niscaya hamba akan seberangi, pahlawan ini gugur Qoirawan, kemudian diatas makamnya didirikan mesjid bernamasidi okba.
Penaklukan afrika kemudian dilanjutkan oleh khlifah abdul malik bin marwan yang mengirimkan pasukannya dipimpin oleh panglima zubair. Meskipun tetntara zubair itu gagal namun telah membuat semangat yang menyala-nyala pasukan islam dibawah pimpinan hasan bin nu’man pada serbuan berikutnya, sehingga bangsa barbar yang telah memberontak sejak masa uqbah itu berhasil dikalahkan.
Kemudian khalifah walid bin abdul malik mengangkat musa bin nushair sebagai gubernur di afrika utara. Tindakan pertama musa menaklukan kota sabtah, sementara gubrnur yang bernama yulian dia bebas dengan jaminan mereke berdua akan menggalang kerjasama untuk meklukan kerajaan gotia barat yang sedang diperintah oleh roderik di spanyol. 500 prajurit dipimpin tharif bin malik diutus musa tahun 91 H dengan mengedarai kapal-kapal yang disiapkan yulian.
Kemudaian beberapa orang gotia yang berperan sebagai pengintai. Mereka mendarat di sebuah pulau kecil di ujung benua eropa selatan.
Hasil dari operasi gabungan pertama ini diperoleh keimpulan. Kerajaan gotia barat dalam keadaan lemah. Musa mengirim lagi pasukan sebanyak 7.000 prajurit dipimpin thariq bin ziyad, pada tahun 92 H. thariq dengan pasukannya bergerak menghadapi tentara roderik dan pertempuran pun berkecamuk di dekat muara sungai salado, dekat pinggira tambak-tambak yanda. Pasukan thariq berhasil menghancurkan tentara gotia yang berkekuatan 25000 prajurit. Roderik melarikan diri dan mati tenggelam.
3.      Menaklukan daerah sungai jihun dan sind
Ada dua arah yang dilakukan penyerangan oleh tentara mu’wiyah ketika melakukan penyerangan ke daerah sungai jihun dan sind. Pertama melalui jalur utara, melanjutkan yang pernah dilakukan oleh khulafaur rasyidin, dengan mengirimkan pasukan yang dipimpin Qais bin haitsam (gubernur hurasan). Dalam penyerbuan itu berhasil direbut daerah balck, badghis dan harah. Dilanjutkan kemudian penyerbuan oleh penglima ziyad bin abihi (gubernur irak). Dan putranya ubaidillah bin ziyad yang berhasil menaklukan daerah bukharah dan Samarkand. Penyerangan ini berlaqnjut hingga pada masa khlifah walid bin abdul malik yang mengirimkan pasukannya dibawah pimpinan alhajjad bin yusuf (gubernur irak).
Pada tahun 86 H Alhajjaj mengangkat qutaibah bin muslim sebagai penguasa khurasan dan menugaskan supaya menaklukan Turkistan. Qutaibah berangkat menaklukan Turkistan dan daerah mawara Al-nahar serta tesykent kemudian menggempur khaqan AL turki raja bukharah sehingga dikuasainya. Diserangnya pula daerah khwarizni dan smarkand.


KESIMPULAN
Daulah bani umayyah bermula dari system pemerintahan utsman, yang mana pada zaman utsman banyak yang suka banyak juga orang yang tidak senang, banyak juga orang tertarik dengan kewibawaan utsman. Yang mana pada zaman pemerintahan utsman sebagian orang mengatakan dia penyalagunaan wewenang kekuasaan.
Pada pemewrintahan dinasti bani umayyah banyak usaha yang telah dilakukan masyarakat agak mulai berkembang dan maju, diantaranya adalah: bidang sosial, bidang ekonomi, dibidang politik, bidang budaya.

  

















3 komentar: