Selasa, 12 Juli 2011

pemanfaatan kutilang


TUGAS

TENTANG
PEMANFAATAN KUTILANG (KUMPULAN TEKA-TEKI SILANG)
SEBAGAI MEDIA PERMAINAN SISWA SLTP DALAM BELAJAR
BAHASA INGGRIS



Oleh :











KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyusun karya tulis dengan judul “pemanfaatan kutilang (kumpulan teka-teki silang) sebagai media permainan siswa SLTP dalam  belajar bahasa ingris” pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ayah dan ibu tercinta yang selalu memberikan dorongan atau tmotivasi dan mendoakan penulis, serta kawan yang telah menolong saya atau membantu secara moril maupun materil dalam menyusun karya tulis ini.
Untuk semua itu, penulis mengucapakan terima kasih dan semoga segala pertolongan yang telah diberikan oleh kawan-kawan dibalas oleh Allah SWT. Penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi pendidikan  khususnya di SLTP.


      




                                                                         Lintau, Februari 2011                                       


                                                                      Penulis


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………….. iii
RINGKASAN ………………………………………………………………………………… iv
BAB I.  PENDAHULUAN…………………………………………………………………… 1
A.    Latar belakang Masalah …………………………………………………………….. 1
B.     Identifikasi Masalah ………………………………………………………………… 3
C.     Pembatasan Masalah ………………………………………………………………... 3
D.    Perumusan Masalah ……………………………………………………………….... 3
E.     Tujuan Penulisan ……………………………………………………………………  4
F.      Kegunaan Penulisan ………………………………………………………………...  4

BAB II. TELAAH PUSTAKA ………………………………………………………………..  5
A.    Pengajaran Bahasa Inggris di SLTP ………………………………………………...  5
B.     Kosa kata dan pengajarannya………………………………………………………..  6
C.     Media permainan teka-teki silang…………………………………………………...  7

BAB III. METODE PENULISAN …………………………………………………………..... 9
A.    Metode Penulisan …………………………………………………………………… 9
B.     Teknik pengumpulan data …………………………………………………………... 9
C.     Jenis dan sumber data ……………………………………………………………….  9
D.    Sistematika penulisan ……………………………………………………………….. 9

BAB IV. ANALISIS DAN SINTESIS ………………………………………………………. 10
A.     Penerapan kutilang dalam penguasaan kosakata dan pemahaman teks …………… 10
B.      Keunggulan dan kelemahan penggunaan kutilang dalam miningkatkan penguasaan kosakata dan pemahaman teks …………………………………………………… 13

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………………………..  15
A.    Kesimpulan ………………………………………………………………………… 15

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

RINGKASAN
Pengajaran bahasa inggris sangat diperlukan guna kemajuan dunia pendidikan Indonesia saat ini. Bahasa inggris sebagai alat komunikasi terpenting dalam persaingan global membuat pemerintah, khususnya bidang pendidikan Indonesia, meningkatkan kualitas bahasa inggris di segala bidang, termasuk peningkatan kualitas dibidang media pengajaran. Pengajaran bahasa inggris mengandung beberapa target literasi sesuai dengan jenjang pendidikan mereka, tingkat literasi itu mencakup tingkat performative, tingkat functional, tingkat imformational, dan tingkat epimestic. Untuk jenjang pendidikan siswa SLTP, tngkat literasi yang di targetkan adalah pemahaman tingkat functional, yaitu agar siswa mampu menggunakan bahasa yang telah mereka pelajari disekolah kedalam keseharian mereka, baik dalam bentuk percakapan, ataupun menghasilkan sebuah teks.
Tingkat functional tersebut diperoleh dari pendekatan genre, yaitu bentuk langkah atau prosedur dalam melakukan sesuatu. Bermacam-macam genre ini diaplikasikan kedalam bentuk teks, yang nantinya akan direalisasikan kedalam empat keterampilan berbahasa, yaitu membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Disamping itu, genre mengandung unsur situasi budaya yang mrenyebabkan siswa mampu mengaplikasikan hasil teks yang mereka dapat kedalam kegiatan mereke sehari-hari, seperti menuliskan langkah-langkah, atau melaporkannya dalam bentuk percakapan. Genre terbagi kedalam bermaca-macam jenis, tergantung kegiatang yang dilakukan. Adapun contoh jenis genre adalah narrative, descriptive, report, recount, dan procedure.
Namun pembuatan atau pemahaman berbagai macam teks hendaklah memerlukan penguasaan kosakata yang bagus. Semakin banyak kosakat yang dimiliki oleh siswa, maka semakin besar pemahamannya terhadap teks tersebut. Namun pada pengjaran bahasa inggris di SLTP, guru cendrung mengajarkan siswa dengan menggunakan cara dan metode yang tradisional sehingga suasana kelas menjadi menonton. Disamping itu, cara guru di SLTP untuk mengajar kosakata bahasa inggris hanya dengan mencatatkannya didepan kelas peserta artinya, dam meminta siswa untuk menghafalnya. Akibatnya, banyak siswa menjadi bosan dan kehilangan motivasi dalam belajar bahasa inggris di kelas.
Untuk menyikapi masalah itu, di perlukan sebuah cara alternatife yang bisa meningkatkan penguasaan kosakata bahasa inggris siswa di SLTP. Sala satu cara yang bisa dilakukan oleh guru adalah menggunakan media seperti permainan. Menggunakan permainan didalam kelas dapat menumbuhkan suasana nyaman dalam belajar sehingga proses belaja mengajar yang dilakukan guru terhadap siswa menjadi lebih optimal. Disamping itu penggunaan permainan didalam kelas akan mempengaruhi cara belajar siswa, yaitu belajar teks. Permainan yan cocok untuk dipermainkan dikelas haruslah permainan yang berhubungan dengan kosakata. Teka-teki silang merupakan sala satu permainan kata yang dapat digunakan dalam meningkatkan kosa kata sisswa. Petunjuk yang diberikan oleh teka teki silang memiliki ke cocokan dengan system pengajaran kosa kata.
      















BAB 1
PENDAHULUAN
A.  Latar belakang
Arus globalisasi, serta kemajuan imformasi dan komunikasi menjadi tantangan bagi dunia pendidikan nasional Indonesia untuk menghasilkan generasi muda yang mampu bersaing di segal bidang. Sebagai bahasa pengntar internasional, bahasa inggris sebagai alat komunikasi yang penting dalam persaingan tersebut. Hasilnya, SDM yang berbahasa inggris akan memiliki nilai tambah berupa kemampun komunikatif (kemampuan bahasa) yang lancar, sehingga peluang mereka lebih besar, baik dengan bangsa sendiri maupun dengan bangsa lain, didalam maupun di luar negeri. Oleh sebab itu, mata pelajaran bahasa inggris mendapat perhatian lebih dari dinas pendidikan Indonesia, mulai dari tingkat SD, SLTP hingga SMA.
Dalam pengajaran bahasa inggris di SLTP, ada 4 aspek yang dijadikan standar kompetensi, yaitu reading, speaking, listening, dan writing. Kompetensi ini akan menjadi komunikatif bila siswa tidak hanya mengerti teori, namun menggunakan dalam kegiatan sehari-hari. Kompetensi komunikatif ini diwujudkan melalui pendekatan pengajaran berbasis genre, dimana siswa mempelajari bebagai macam bacaan berdasarkan konteks situasi, sehingga dapat memberi manfaat dalam kehidupan mereka ( badan penilitaian dan pengembangan pusat kurikulum, 2007).
Namun ternyata hasil pengajaran teks didalam kelas belum maksimal. Menurut Depdiknas dalam kajian pelaksanaan kurikulum SLTP tahun 2007, ditemukan beberapa kelemahan guru dalam mengajarkan teks kepada siswa. Pertama, tidak hanya alokasi  waktu yang baik dalam mengajarkan keempat skiil secara merata, sehingga cendrung focus pada satu skiil saja. Kedua, metode mengajar kurang variatif, sering menggunakan metode ceramah mencatat ysng mrnimbulkan suasana yang bosan dalam kelas. Ketiga, guru tidak mengimbangi pengajaran teks dengan kosakata, sehingga siswa kurang memahami teks yang diajarkan. Padahal disisi lain kosakata merupakan indicator terbaik siswa dalam menguasai bahsa inggris, seperti yang diungkapkan oleh Nunuan (1983) “if someone lacks of  vokabulari, it is imposible for him to cmmucate comprehensively and smoothly”. Jadi banyaknya jumlah kosakata yang diketahui oleh siswa akan mempengaruhi mereka dalam menguasai bahasa inggris tersebut.
Menurut kurikulum pendidikan dasar 1994, target penguasaan kosakata bagi siswa SLTP nerjumlah 1000 kata, yaitu 500 untuk kelas 1, dan masing-masing 250 kata untuk kelas II dan III. Jika penguasaan kosa kata ini berhasil, pemahaman mereka terhadap segala jenis  teks apapun akan menjadi mudah sehingga hasil belajar yang dicapai menjadi optimal. Untuk itu, diperlukn sebuah teknik pengajaran yang bias meningkatkan kompetesi siswa dalam mengasai kosakata dan menguasai keempat skiil yang ada..
Pemmanfatan teka-teki silang dapat menjadi solusi yang efektif bagi guru untuk mengajarkan teks kepada siswa. Selama ini, teka-teki silang yang ada dibuku pegangan siswa jarang digunakan sebagai latihan. Padahal petunjuk yang ada dalam teka-teki sangat variatif, mulai dari padanan kata, lawan kata, hingga konteks bacaan. Guru dapat memanfaatkan teka-teki silang sebagai media permainan kelas untuk meningkatkan penguasaan kosakata yang akhirnya dapat dipakai siswa untuk memahami berbagai bentuk teks.
Berdasar fenomena itulah penulis mengangkatkan karya tulis ini dengan judul Pengefektifan kutilang ( kumpulan teka-teki silang) sebagai media latihan siswa SLTP dalam belajar bahasa inggris.

B.  Idetifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diindentifikasi beberapa masalah, yaitu :
1.    Guru belum menemukan cara efektif untuk menyeimbangkan pengajaran keempat skiil bahasa inggris
2.    Metode yang diberikan guru kepada sisiwa cendrung tradisional
3.    Pengajaran keempat skiil berbasis teks tidak diikuti dengan pengajaran kosakata

C.  Batasan Masalah
Agar pemahaman lebih terfokus, maka penulis hanya akan membahas masalah ketiga, yaitu ketika pengajran keempat skiil dalam bagasa inggris tidak diikuti oleh pengajaran kosa kata. Karena itu, penulis menawarkan pengefektifan kutilang (kumpulan teka-teki silang sebagai solusi).
D.  Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah adalah :
1.      Bagaimana penerapan kutilang dalam meningkatkan penguasaan kosakata dan pemahaman teks?
2.      Apa keunggulan dan kelemahan penggunaan kutilang dalam meningkatkan penguasaan kosa kata dan pemahaman teks?
E.  Tujuan penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan adalah untuk menjelaskan dua hal berikut :
1.      Penerapan kutilang dalam meningkatkan penguasaan kosakata dan pemahaman teks
2.      Keunggulan dan kelemahan pengguanaan dan meningkatkan penguasaan kosakata dan pemahaman teks.
F.   Kegunaan penulisan
1.      Menjadi wacana bagi para pembaca tentang peningkatan kualitas pengajaran bahasa inggris melalui permainan
2.      Menjadi wadah bagi penulis dalam menyalurkan ide.















BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.  Pengajaran bahasa inggris di SLTP
Undang-undang No. 23 tahun 2003 tentang sistem pendidikankan  nasional, pasal 37 menyatatakan bahwa sala satu yang wajib dimuat dalam kurikulum pendidikan menengah adalah pendidikan bahasa inggris, dengan sasaran siswa SLTP dan SMA. Dalam konteks pendidikan, bahasa inggris memiliki karakteristik umum yang berbeda dengan mata pelajaran eksakta dan ilmu sosial lainnya. Perbedaan ini terletak pada fungsi bahasa inggris sebagai alat komunikasi. Sebagai alat untuk komunikasi dalam rangka mengakses informasi, dan dalam konteks sehari-hari sebagai alat untuk membina hubungan interpersonal bertukar informasi serta serta menikmati estetika dalam budaya inggris (puskur-dit PLP 2003).
1.      Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa tersebut
2.      Menumbuhkan kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa inggris sebagai sala satu bahasa asing untuk menjadi alat belajar
3.      Mengembangkan pemahaman tentang kaitan bahasa dan budaya

Selain memiliki fungsi khusus dalam bidang pendidikan, bahasa inggris memiliki ruang lingkup. Ruang lingkup mata pelajaran bahasa inggris meliputi :
1.      Keterampilan berbahasa, menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
2.      Kompetensi wacana
3.      Pengembangan motivasi yang positif terhadap bahasa inggris sebagai alat komunikasi
Menurut pranowo (1996) pengajaran bahasa dilakukan  dengan pendekatan psikologis yaitu aspek behaviorisme, kognitifisme dan netralisme. Aspek yang mempengaruhi perkembangan bahasa inggris sesuai dengan pendapat Gardner (1975 :89) antara lain :
1.      Pelaksanaan program pengajaran
2.      Kegiatan belajar mengajar
3.      Kemampuan guru
4.      Penggunaan dan tersedianya sarana dan prasarana atau tersedianya sumber belajar lainnya.

B.  Kosakata bahasa inggris dan pengajarannya
Kosakata merupakan aspek yang penting pada bahasa inggris. Menurut read (2000) “vocabulary is knowledge of words and words meaning”. Selanjutnya Haycraft (1978) membagi kosakata kedalam bebrapa klasifikasi, yaitu:
1.    Common words, merupakan kosakata yang umumnya digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Common words juga terbagi dalam beberapa jenis yang lebih spesifik, misalnya:
a.       People
b.      House
c.       Food
d.      Clothes
e.       Sports, dll.
2.      Need words, adalah kosakata khusus yang ssring muncul dalam pelajaran bahasa inggris dan soal-soal ujian. Need words bias berupa
a.    Scool items
b.    Letters, dll.
Brown (1994: 365) juga menjelaskan bebrapa arahan untuk mengjarkan kosakata bahasa inggris, diantaranya:
1.      Menyediakan waktu khusus untuk belajar kosakata
2.      Membuat aktifitas menarik
3.      Memanfaatkan kamus
4.      Membangun strategi mengajar yang baik.

C.  Teka-teki silang
TTS dikenal memiliki susunan kotak-kotak secara vertical maupun horizontal yang saling terhubung satu sama lain. Jumlah kotak merupakan jumlah huruf dari kata yang akan ditebak nantinya. Untuk memudahkan pemain dalam menebak kata, diberi petunjuk untuk setiap ujian. Petunjuk bias berupa defenisi, lawan atau persamaan kata.
Permianan memiliki nilai tambah dalam pengajaran sebuah bahasa. Hal ini diperkuat oleh kim (1995) yang menjelaskan bebrapa manfaat permaianan dalam pengajaran:
1.      Permaianan menjadi atsmosfir baru bagi situasirutin kelas
2.      Permaianan bersifat motivatif dan penuh tantangan
3.      Permainan membantu siswa dalam membuat usaha belajar yang baru
4.      Permainan mempermudah guru dalam menyampaikan pesan mengajarnya
5.      Permaianan membuat siswa mudah berinteraksi dan berpartisipasi didalam kelas.


















BAB III
METODE PENULISAN
A.  Metode penulisan
Metode yang diguanakan oleh penulis dalam pembuatan karya tulis ini merupakan metode deskriptif kualitatif, dimana penulis cendrung untuk menggambarkan kondisi secara sistematik akan fakta tentang pengjaran kosakata yang kurang maksimal di SLTP saat ini beserta solusi pemecahannya tanpa menggunakan nominal angka sebagai hasil akhir.

B.  Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang saya gunakan selama pembuatan karya tulis ini adalah library research. Penulis mengambil data dari berbagai sumber bacaan, baik buku, artikel dan jurnal dari para ahli, dan tulisan-tulisan lain yang memiliki kaitan dengan karya tulis ini.

C.  Jenis nara sumber
Jenis nara sumber yang penulis pakai dalam pembuatan karya tulis ini bersifat sekunder, artinya sumber-sumber yang digunakan berupa buku bacaan dari berbagai penerbit, serta artikel dan jurnal para ahli yang diperoleh mmelalui internet.

D.  Sistematika
Sistematika yang penulis gunakan dalam pembuatan karya tulis ini adalah sebagai berikut:
a)      Bab pendahuluan, terdiri dari latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, tujuan serta kegunaan.
b)      Bab kajian pustaka
c)      Bab metode penulisan
d)     Bab pembahasan, dan
e)      Bab penutup.

BAB IV
PEMBAHASAN
A.    Penerapan media inovatif TTS bilingual sebagai upaya meningkatkan penguasaan kosakata bahasa inggris siswa SLTP
Siswa SLTP tahun pertama yang pada umumnya memiliki usia 11 hingga 13 tahun memiliki tiga karakteristik psikologis yang dapat dinilai berdasarkan analisis pengajaran bahasa (pranowo, 1996). Karakter pertama cognitifism yang mengasumsikan siswa memiliki daya alami untuk mempelajari bahasa. Karakter kedua adalah behaviorism (kebiasaan), dimana siswa masih cendrung unutk meniru dan belum memunculkan sebuah ide. Karakter ketiga adalah mentalism (mental) dimana siswa masih membutuhkan bimbingan untuk bersaing dan berkompetesi dalam belajar. Oleh sebab itu, penerapan sebuah media permainan menjadi pilihan yang cocok lagi guru dalam mengantarkan pesan pengajaran kepada siswa sehingga siswa mampu mempelajari bahasa secara kreatif sambil memupuk semangat kompetesi. Sebagai sebuah teknik permainan, TTS bilingual sangat sesuai untuk mendukung tercapainya tujuan utama proses pengajaran bahasa tersebut tanpa merusak karakter yang masih mereka miliki.
Selain melibatkan aspek psikologis siswa, keefektifan TTS bilingual untuk diterapkan didalam kelas juga didukung oleh factor penting dari sebuah permainan. Menurut J. Dobson (1974) keuntungan maksimal dari permainan dapat tercapai bila permainan tersebut:
1.      Memiliki persiapan yang sederhana
2.      Mudah untuk dimainkan
3.      Memiliki nilai tantangan akademis
4.      Menghibur, namun tetap menjaga kondisi kelas agar tidak lepas kontrol
5.      Memiliki keefetifan waktu
 Selanjutnya, pembagian tahap pada penerapan TTS bilingual sangat penting dilakukan agar tujuan  utama permaianan dapat terwujud dengan baik. Pelaksanaan permainan dibagi kedalam tiga tahap, yaitu:
1.      Pre teaching (tahap persiapan)
Hal-hal yang dilakukan oleh guru pada proses persiapan meliputi lokasi pelaksanaan, alokasi waktu dan perancangan dan penyiapan media.
a.       Lokasi pelaksanaan dan alokasi
TTS bilingual dapat dimainkan didalam ruangan kelas ataupun diluar ruangan kelas. Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan satu kali perminan berkisar antara 20 hingga 25 menit, sementara satu jam pelajaran menghabiskan waktu 40 hingga 45 menit, sehingga guru dapat menggunakan waktu yang tersisa unutk tahab evaluasi. Jika permainan dilakukan di luar kelas, maka permainan dapat dilakukan lebih dari satu kali dan waktu yang diperlukan bias melebihi waktu didalam kelas.
b.      Perancangan dan penyiapan media
2.      Whilst teaching (tahap pelaksanaan)
Pada tahap pelaksanaan, aturan prosedur perlu dijelaskan secara sistematis dan jelas agar permainan berjalan secara komunikatif.
a.       Aturan permainan
1)     Permainan terdiri dari seorang penghitung waktu, pencatat scor, dan seorang juri serta siswa sebagai pemaian. Juri memiliki tugas sebagai berikut:
a)      Menjelaskan langkah-langkah permainan kepada siswa
b)      Memulai dan menghentikan jalannya permainan
2)     Pembagian pemain dilakukan berdasarkan banyaknya pernyataan pada satu set TTS bilingual. Jika satu set terdiri dari 20 kata sulit, maka pemain berjumlah 20 yang dibagi kedalam 4 kelompok dengan masing-masing 5 orang.
3)     Setiap kelompok harus memiliki kamus.
4)     Waktu yang dibrikan untuk menjawab setiap pertanyaan adalah 30 detik.
5)     Setiap pertanyaan yang dijawab benar memiliki skor 10 dan pertanyaan yang dijawab salah tidak akan mengurangi nilai
6)     Kelompok lain tidak dibenarkan untuk mengganggu kesempatan kelompok lawan
7)     Kelompok yang menang adalah kelompok yang memilki akumulasi nilai tertinggi di akhir permainan.
b.      Langkah permainan
1)      Kelompok diundi untuk menentukan giliran pertama, kedua dan selanjutnya
2)      Guru menyebutkan kata kunci pertama dari untuk kelompok I dan menyediakan waktu 30 detik untuk mengetahui arti kata tersebut dan mengisinya pada kotak yang tersedia didepan kelas.
3)      Jika jawaban kelompok I benar, maka skor untuk kelompok akan bertambah dan pertanyaan selanjutnya digilirkan kepada kelompok II hingga seterusnya
4)      Jika jawaban kelompok I salah, kelompok yang lain diizinkan untuk menjawab, dan skor akan diberikan pada kelompok tercepat dalam menjawab
3.    Post teaching (tahap Evaluasi)
Setelah TTS bilingual selesai dimainkan, maka guru dapat menilai perkembangan yang dialami siswa baik secara langsung maupun tidak langsung, pada tahap ini ada tiga hal penting yang terjadi, yaitu grading, backwash, dan feedback (Arthur, 2004)
Grading merupakan proses penilaian yang diberikan guru kepada siswa. Penilaian lagsung dapat diberikan guru dengan melakukan tes terhadap kosakata yang telah mereke dapat. Tes ini bisa berupa penintegrasian kosakata kepada skiil bahasa inggris yang lain seperti listening, reading, writing dan speaking, an hasil yang diterimah siswa berupa nilai atau angka. Disisi laian, penilaian tidak langsung terjadi saat gur melihat ada atau tidaknya kemajuan motivasi siswa dalam menguasai kosakata bahasa inggris. Penilaian bukan berupa angka, melainkan pujian atau teguran.
Backwash merupakan efek yang dinampakan oleh siswa setelah proses belajar mengajar dilakukan (Hughes dalam Arthur, 2004), baik positif atau malah negative. Backwash ini sekaligus penentu keberhasilan penerapan TTS bilingual dalam meningkatkan motivasi siswa, untuk menguasai kosakta bahasa inggris. Berdasarkan backwash yang ada, maka feedback (timbale-balik). Jika backwash berasal dari siswa, maka feedback diberikan oleh guru. Namun jika nantinya efek yang muncul tidak memenuhi harapan, maka guru bias melakukan evaluasi, baik dari segi materi permainan atau mungkin siswa itu sendiri sehingga dapat dilakukan perbaikan nantinya.

B.     Pengaruh media inovatif TTS bilingual sebagai upaya meningkatkan penguasaan kosakta bahasa inggris siswa SLTP
Hal pertama yang menjadi tujuan utama penerapan media permainan terhadap siswa dalam proses belajar adalah motivasi mereka. Media TTS bilingual menyediakan atmosfir baru yang lebih menyenangkan dan jauh lebih berbeda dari situasi kelas yang biasa mereka hadapi. Sebagai tambahan, mereka dihadapkan pada situasi untuk dapat bekerja sama antar anggota dalam  satu kelompok sekaligus bersaing dengan kelompok lawan. Yang terpenting, mereka dapat mempelajari kosa kata yang selama ini  mereka hindari dalam nsebauh permainan yang menenangkan.
  Peningkatan aspek emosional siswa khususnya peningkatan motivasi mereka membawa dampak yang mengembirakan di segi akademis. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa siswa dapat menerapkan kosakata yang telah mereka kuasai didalam permainan untuk bidang-bidaang bahsa inggris lainnya. Guru bias mengintegrasikan kosakata kedalam empat skiil bahasa inggris yaitu skiil reading, speaking, listening, dan writing. Ada bebrapa bentuk tes yang bias diberikan guru kepada siswa untuk mengukur seberapa besar pengaruh yang diberikan TTS bilingual kedalam materi yang lainnya, yaitu:
1.    Keunggulan
Ketika permainan ini dimainkan, banyak sekali keuntungan yang diperoleh oleh siswa dalam proses belajar. Keuntungan pertama siswa mampu menghafal lebih banyak kosakata bahasa inggris dengan baik. Misalnya pada contoh 1, Guru memberikan petunjuk street pada kotak down 1. Dengan demikian siswa dapat mengetahui bhawa street dan rioad memiliki arti yang sama sehingga dalam waktu yang bersamaan siswa dapt menuasai dua kata baru sekaligus .
Keuntungan kedua adalah TTS bilingual melatih konsentrasi siswa dalam belajar. Misalnya pada contoh 1, down 1, guru memberikan petunjuk rapi. Dalam bahasa inggris, rapi dapat diartikan tidy atau neat. Jumlah huruf yang sama bisa mengecoh siswa dalam mengisi TTS. Jika siswa salah mengisi jawaban pada satu kotak saja, maka hal tersebut akan mempengaruhu semuanya sehingga TTS tidak bias dimainkan lagi.
Ketiga, penggunaan kamus akan menjadi  sebuah kebiasaan yang baik bagi siswa. Semakin sering siswa membuka kamus, maka kegemaran mereka akan belajar kosakata bisaa meningkat. Selain itu, bila siswa melakukan sendiri, maka kosa kata yang mereka cari akan lebih lama mereka ingat. Selain itu siswa juga dapat membedakan jenis-jenis kata (lexical word). Selain membatasi topik, guru juga membatasi kosakata berdasarkan jenisnya. Misalnya kata kerja, kata benda dan kata sifat.
Terakhir, permainan akan membuat siswa SLTP lebih nyaman dalam belajar. Mereka tidak terpaku pada cara belajar yang menonton dan cendrung membosankan sehingga siswa akan lebih rileks dalam belajar. Cara belajar yang menyenangkan ini akan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.
2.    Kelemahan
Jika guru tidak mampu menjelaskan hakikat dari permainan TTS bilingual dan peranannya dalam proses belajar bahasa, maka tujuan dari permainan ini tidak akan tercapai. Disamping itu, jka guru tidak mampu memahami backwash yang diperoleh siswa serta tidak mampu memberikan feedback lanjutan, maka permainan tidak akan tercapai sasaran seperti yang diharapkan. Oleh sebab itu diharapkan guru mengerti sepenuhnya konsep TTS bilingual dan mampu menerangkan kepada siswa dengan baik.
Prosedurdan alokasi waktu serta tempat yang tidak dirancang dengan baik akan merusak jalannya permainan untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar bahasa inggris. Akibatnya materi yang seharusnya dapat diberikan melalui TTS bilingaual gagal diserap oleh siswa.














BAB V
PENUTUP
A.  Sipulan
Peningkatan jumlah kosakata bahasa inggris yang dikuasai oleh siswa sangat membantu dalam pemahaman dan penguasaan terhadap skiil bahasa ingris lainnya. Oleh sebab itu, diperlukan adanya cara yang menarik yang dapat meningkatkan motivasi siswa dalam menghafal koasakata. TTS bilingual merupakan sebuah prmainan yang sangat membantu siswa dan memiliki banyaknya manfaat, seperti:
a)    Siswa dapat menghafal lebih banyak kosakata
b)   Siswa dapat menggunakan kosakata yang didapat dalam skiil laiannya
c)    Siswa terbiasa untuk menggunakan kamus
d)   Siswa lebih berkonsentrasi
e)    Siswa tidak merasa bosan dan makin termotivasi untuk belajar
B.     Saran
a)      Agar guru SLTP dapat meningkatkan kualitas siswa dalam bagsa inggris terutama pada penguasaan kosakata melalui permainan  TTS bilingaual.
b)      Agar pembaca dapat mengembangkan ide penulis untuk kemajuan dibidang pengajaran bidang bahasa inggris.

























Tidak ada komentar:

Posting Komentar